PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DI SEKOLAH
(Siska Mega Diana, S.Pd.)
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
suatu pembelajaran, pendekatan memang bukan segala-galanya. Masih banyak faktor lain yang ikut
menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut antara lain
kurikulum yang menjadi acuan dasarnya, program pengajaran, kualitas guru,
materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, dan teknik/bentuk
penilaian. Ini berarti pendekatan hanyalah salah satu factor saja dari sekian
banyak faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam keseluruhan pengelolaan
pembelajaran. Walaupun demikian, penetapan pendekatan tertentu, dalam hal ini
pendekatan kontekstual dalam suatu pembelajaran dirasa penting karena dua hal.
Pertama, penentuan isi program, materi pembelajaran, strategi pembelajaran,
sumber belajar, dan teknik/bentuk penilaian harus dijiwai oleh pendekatan yang
dipilih. Kedua, salah satu acuan untuk menentukan keseluruhan tahapan
pengelolaan pembelajaran adalah pendekatan yang dipilih.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan pembelajaran kontekstual sebagai berikut.
1. Pengertian
pembelajaran kontekstual.
2. Landasan
filosofi pembelajaran kontekstual.
3. Karakteristik
pembelajaran kontekstual.
4. Komponen-komponen
dalam pembelajaran kontekstual.
5. Strategi
pembelajaran kontekstual.
6. Perbedaan
pembelajaran tradisonal dengan kontekstual.
1.3
Tujuan
Sesuai
dengan rumusan permasalahan yang dikemukakan di atas, makalah ini
diharapkan dapat menjelaskan bagaimana
penerapan pembelajaran kontekstual di sekolah.
II.
PEMBAHASAN
Kesadaran
perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan
bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena
pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang
abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka, baik di lingkungan
kerja maupun di masyarakat. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah
penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan,
tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika
mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya.
Pendekatan
kontekstual merupakan pendekatan yang dianjurkan untuk digunakan para guru
dalam praktik pembelajarannya di dalam kelas sejak diberlakukannya KBK dan
terus disarankan untuk digunakan ketika KBK digantikan KTSP. Mengapa? KBK dan
KTSP memberi tekanan khusus pada penguasaan siswa terhadap berbagai kompetensi
yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan nyata. KBK dan KTSP sama-sama menekankan
pada penguasan siswa terhadap berbagai keterampilan hidup. Pendekatan
kontekstual sangat relevan dengan karakteristik pembelajaran di sekolah.
2.1 Pengertian CTL
Pendekatan
kontekstual atau Contectual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari (Depdiknas, 2002:5). Sementara itu menurut Sudrajat mendefinisikan
Contectual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan
yang holistik dan bertujuan memotifasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural).
Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
2.2 Landasan Filosofi
Pembelajaran Kontekstual
Landasan
filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau
membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi
yang mereka alami dalam kehidupannya. Untuk
memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, COR (Center for Accupational Research) di
Amerika menjabarkannya menjadi lima konsep bawahan yang disingkat REACT, yaitu:
·
Relating
adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengamatan nyata.
Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan
informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.
·
Experiencing
adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti
bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan
proses berpikir kritis lewat siklus inquiry.
·
Applying
adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar kedalam penggunaan dan
kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke
dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.
·
Cooperating
adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons,
dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar
tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual
dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang
hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.
·
Transferring
adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman
berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar
yang baru.
2.3 Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
Atas
dasar pengertian tersebut, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
1.
Pembelajaran dilakukan
dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian
nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
2.
Pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
3.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
4.
Pembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman.
5.
Pembelajaran memberikan
kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sma, dan saling memahami
antara satu dengan yang lain secara mendalam.
6.
Pembelajaran
dilaksanakan secara katif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama.
7.
Pembelajaran
dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana Nurhadi (2002)
mendeskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan
sepuluh kata kunci, yaitu
-
Kerjasama
-
Saling menunjang
-
Menyenagkan, tidak
membosankan
-
Belajar dengan gairah
-
Pembelajaran
terintegrasi
-
Menggunakan berbagai
sumber
-
Siswa aktif
-
Sharing dengan teman
-
Siswa kritis, dan
-
Guru kreatif
2.4 Komponen-Komponen
dalam Kembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:
1.
Contructivism
(konstruktivisme)
2.
Questioning (bertanya)
3.
Inquiry (menemukan)
4.
Learning community
(masyarakat belajar)
5.
Modeling (pemodelan)
6.
Reflection (refleksi)
7.
Authentic Assessment
(penilaian yang sebenarnya)
Apabila
ketujuh komponen ini diterapkan dalam pembelajaran, terlihat pada realitas
berikut.
1. Kegiatan
yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabilla
siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Kegiatan
belajar yang mendorong sikap keinginyahuan siswa lewat bertanya tentang topic
atau permasalahan yang akan dipelajari.
3. Kegiatan
belajar yang bisa mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki,
menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil
“menemukan” sesuatu.
4. Kegiatan
belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga
ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan
teman lain.
5. Kegiatan
belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan
siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil
karya, cara mengoprasikan sesuatu, dan sebagainya.
6. Kegiatan
belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk yanya jawab
dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi
kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran
atau harapan siswa.Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik
perkembangan kompetensi siwa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika
pembelajaran berlangsung.
Setiap
komponen utama CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan
ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar yang
dimaksud terlihat pada penjelasan berikut.
1. Konstruktivisme.
Komponen ini merupakan
landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL. Pembelajaran yang berciri
konstruktivisme menekankan ternbangunnya pemahaman sendiri secara aktif,
kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan
dari pengalaman belajar yang bermakna.
2. Bertanya.
Komponen ini merupakan
strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai
upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, menhgarahkan
siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan
berpikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjuukkan bahwa pemerolehan pengetahuan
seseorang selalu bermula dari betanya.
3. Menemukan.
Komponen menemukan
merupakan kegiatan ini CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap
fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan
temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta,
tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
4. Masyarakat
Belajar.
Konsep ini menyarankan
bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja ama dengan orang lain. Hal
ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman.
Antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam
maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi
kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervaraisi, sangat
mendukung komponen ini.
5. Pemodelan.
Komponen pendekatan CTL
ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu
diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa
pemberian contoh tentang, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan
hasil karya, mempertonton suatu penampilan. Car pembelajaran semacam ini akan
lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan
kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
6. Reflesksi.
Komponen yang merupakan
bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan
kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru
saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau
pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau
saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru
diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar
ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahaun baru.
7. Penilaian
autentik.
Komponen yang merupakan
cirri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan
pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu
diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar
siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam
proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
2.5 Strategi
Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan
pemahaman, karakteristik, dan komponen pendekatan kontekstual, bebrapa strategi
pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran kontekstual
antar alain sebagai berikut.
a. Pembelajaran
berbasis masalah
Sebelum memulai proses
belajar mengajar di slam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat
permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
perspektif yang berbeda dengan mereka.
b. Memanfaatkan
lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain
di sekolah, keluarga, dan masyarkat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas.
c. Memberikan
aktivitas kelompok
Aktivitas belajar
secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan
interpersonall untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun
kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat
kesulitan penugasan.
d. Membuat
aktivitas belajar mandiri
Peserta didik mampu
mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan
tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa harus lebih memoerhatikan
bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah,
dan menggunakan pengetahuan yang tellah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran
kontekstual harus mengikuti uji coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang
cukup, dan menyususn refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya
dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri.
e.
Membuat aktivitas
belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan
kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi
guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara
langsung, di mana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain
itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu
untuk memberikan pengalaman kerja.
f.
Menerapkan penilaian
autentik
Dalam pembelajaran
kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi
akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan
luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses
belajar mengajar. Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu
portofolio, tugas kelompok, demonstransi, dan laporan tertulis.
2.6 Perbedaan Pembelajaran
Tradisonal dengan Kontekstual
No
|
Pendekatan CTL
|
Pendekatan
Tradisional
|
1.
|
Siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa dapat berupa berbagai pelatihan
keterampilan berbahasa.
|
Siswa adalah penerima informasi secara pasif.
Dalam pembelajaran bahasa sering terfokus pada penyampaian teori kebahasaan
atau teori keteramilan berbahasa.
|
2.
|
Siswa belajar melalui teman melalui kerja
kelompok, diskusi, dan saling koreksi.
|
Siswa belajar secara klasikal, tetapi
masing-masing (tidak ada kontak pikiran dan kontak gagasan antarmereka).
|
3.
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
dan atau masalah yang disimula-sikan.
|
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
|
4.
|
Perilaku dibangun
atas kesadaran diri.
|
Perilaku dibangun atas kebiasaan/tradisi.
|
5.
|
Ketrampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman.
|
Ketrampilan
dibangun atas dasar latihan.
|
6.
|
Hadiah untuk
perilaku baik adalah kepuasan diri
|
Hadiah untuk
perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
|
7.
|
Seseorang tidak melakukan sesuatu yang buruk
karena dia sadar hal itu keliru dan
merugikan.
|
Seseorang tidak melakukan sesuatu yang buruk
karena takut hukuman.
|
8.
|
Bahasa diajarkan dengan pendekatan
komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
|
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural:
rumus diterangkan, diterima, dihafalkan, dilatihkan.
|
9.
|
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar
skemata (menurut bagan) yang sudah ada di dalam diri siswa.
|
Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus
diterangkan diterima, dihafalkan, dan dilatihkan.
|
10.
|
Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya sesuai dengan skemata siswa (on going
process of development).
|
Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk
semua orang) Hanya ada dua kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang salah atau
pemahaman rumus yang
benar.
|
11.
|
Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis,
terlibat penuh dalam meng-upayakan terjadinya proses pembelajaran yang
efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang
efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran.
|
Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah
(membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan
kontribusi ide dalam proses
pembelajaran.
|
12.
|
Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan
oleh manusia sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan
cara memberi arti dan memahami pengalamannya.
|
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap
serangkaian fakta, konsep atau hukum yang berada di luar diri manusia atau
yang diberikan oleh gurunya.
|
13.
|
Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan
(dikonstruksi) oleh manusia itu sendiri, sementara manusia selalu mengalami
peristiwa baru, maka
pengetahuan tidak pernah stabil, selalu
berkembang.
|
Pengetahuan bersifat absolut dan pengetahuan
bersifat final.
|
14.
|
Siswa diminta bertanggungjawab memonitor dan
mengembangkan pem-belajaran mereka masing-masing.
|
Guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran.
|
15.
|
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat
diutamakan.
|
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman
siswa.
|
16.
|
Hasil belajar diukur dengan berbagai cara:
proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll
|
Hasil belajar diukur hanya dengan tes.
|
17.
|
Pembelajaran
terjadi di berbagai
tempat, konteks dan
setting.
|
Pembelajaran hanya
terjadi di
dalam kelas.
|
18.
|
Penyesalan adalah hukuman
dari prilaku jelek.
|
Sanksi adalah hukuman
dari prilaku jelek.
|
19.
|
Prilaku baik berdasar motivasi intrinsik.
|
Prilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik.
|
20.
|
Seseorang berprilaku baik karena dia yakin
itulah yang terbaik dan bermanfaat.
|
Seseorang berprilaku baik karena dia terbiasa
melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan.
|
III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendekatan
kontekstual merupakan pendekatan yang dianjurkan untuk digunakan para guru
dalam praktik pembelajarannya di dalam kelas sejak diberlakukannya KBK dan
terus disarankan untuk digunakan ketika KBK digantikan KTSP karena pendekatan
kontekstual sangat relevan dengan karakteristik pembelajaran di sekolah. Landasan filosofis CTL adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan
dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya.
Pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu: Contructivism
(konstruktivisme), Questioning
(bertanya), Inquiry
(menemukan), Learning
community (masyarakat belajar), Modeling
(pemodelan), Reflection
(refleksi), dan Authentic
Assessment (penilaian yang sebenarnya).
Setiap
komponen utama CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan
ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran
agar tujuan pembelajaran tercapai dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL).
Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching
and Learning. Bandung: MLC.
Muslich, Masnur. 2011. KTSP- Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suyitno,
1985. Teknik Pengajaran Apresiasi Sastra dan Kemampuan Bahasa.
Yogyakarta: PT Hanindita.
terimakasih,
BalasHapussangat bermanfaat.
JC
sangat berkualitas dan terimakasih....
BalasHapusAgen SBOBET Resmi yang telah menjadi
BalasHapusBANDAR JUDI BOLA Terpercaya Di Seluruh Indonesia.
Bernama Bola206 Di Situs www.Bola206.com
Menyediakan Banyak Jenis Game :
Parlay 2 Tim
Parlay Bola Jalan
Parlay Minimal Bet 1000
Bonus Mix Parlay
Agen SBOBET yang telah menjadi
Situs Bola SBOBET Terpercaya Di Seluruh Indonesia.
Di Situs www.BolaSBOBET.site
Negara: Indonesia
BalasHapusWhatsApp: +62 838-3669-4853
Alamat: Surabaya
email saya: nurbrayani750@gmail.com
nama saya Nurbrayani, saya ingin bersaksi tentang pekerjaan ALLAH yang baik dalam hidup saya, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka mencari pinjaman di antara Anda? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak pemberi pinjaman palsu ada di internet, tetapi mereka sangat asli dalam pemberi pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban dari pemberi pinjaman 2 kredit yang curang, saya kehilangan banyak uang karena saya sedang mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya menjelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya kepada pemberi pinjaman pinjaman yang andal. Ny. Alicia Radu Saya mendapatkan pinjaman saya sebesar Rp350.000.000 dari Ny. Alicia Radu dengan sangat mudah dalam 24 jam yang saya lamar, jadi saya memutuskan untuk membagikan pekerjaan yang baik dari ALLAH melalui Bunda Alicia Radu dalam kehidupan keluarga saya.
Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman, hubungi ibu Alicia Radu melalui email: (aliciaradu260@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (nurbrayani750@gmail.com)
Nomor WhatsApp saya: +62 838-3669-4853
jika Anda memerlukan informasi tentang bagaimana saya mendapat pinjaman dari Ibu Alicia Radu