Jumat, 23 November 2012

Masih (Puisi)

Malam Kesaksian

Bertandang ke gubuk jumat,
terlihat pekat jatuh merapat di malam perempat.
Sejengkal jarak antara keramat,
pun tabir pekat siap melumat,
hingga terdengar nyanyian kiamat.

Angin berhenti..
Rembulan memucat,
bagai mayat yang terapung di kali.
Lentera padam..
Ombak menawar bisu,
bagai kehilangan sluruh garam.

Ini malam kesaksian,
diantara jeritan yang terseret bersama luka menganga,
diantara manusia nista yang sibuk berlari menjauhi jilatan lava.

Jika diizinkan,
pertemukanlah di tangga keabadian tuk sejenak memandang.

Metro, 23 November 2012


Selarik Ayat

Selarik ayat mungkin tlah dia kirimkan,
hingga wajah purnama ketiga terasa semakin dekat.
Selarik ayat mungkin tlah dia gemakan,
hingga bergetar hati yang risau.

Rupa pucat
tatapan tersembunyi
lalu tersenyum.

Masih terlalu dini untuk menyelami samudera
tuangkan saja pada gelas yang pas, pesanku.

Sepanjang ayat yang tlah dia perdengarkan,
pun demikian balasku.

Metro, 4 Okt 2012


Wajah Kencur

Malam kian larut
wajah kencur masih bergelayut
tak ingin kehilangan raut
meski tak berpaut
Malam kian dingin
wajahnya seperti angin
berbisik tanpa izin
seolah sampaikan ingin

Muda dengan segala rasa
sampai tinggalkan asa
apakah benar ucapnya?
Tua tak luput rasa
sisakan tanya
apakah arti dari satu dua ucap kata
yang meluncur dari bibir mungilnya?

Andai saja malam tak larut
mungkin memori akan luput.

Metro, 2 Okt 2012


Bocah

Bocah itu tiba-tiba nyusup ke paru-paru
memberi udara segar seperti tak mau keluar

Bah! Macam virus bersarang saja.

Menyelinap di balik jantung
dan nongkrong di hunian rasa
padahal tak sedikitpun diinginkan

Metro, 26 Sept 2012

4 komentar: